Header Ads Widget

Memperingati Hari Asyura

 




Oleh 
Muchlis M Hanafi


Doktor Tafsir Alumni Al-Azhar Mesir, Direktur Pusat Studi Al-Qur’an (PSQ)

Di antara anugerah Allah kepada hamba-hamba-Nya adalah menjadikan waktu-waktu tertentu memiliki keutamaan dibanding lainnya sebagai kesempatan untuk mendekatkan diri kepada-Nya. Salah satunya adalah bulan Muharram, satu di antara empat bulan lainnya, yaitu Dzlqo`dah, Dzulhijjah dan Rajab, yang diagungkan dan disucikan oleh-Nya. Begitu mulianya empat bulan tersebut sampai-sampai Allah melarang perbuatan zalim dan maksiat, karena dosanya dilipatgandakan dibanding bulan-bulan lain (QS. At-Taubah: 36). Kata Muharram itu sendiri, secara bahasa, menegaskan keharaman melakukan kezaliman dan kemaksiatan di dalamnya, disamping kesucian dan keagungannya.

Salah satu kemuliaan bulan Muharram adalah keberadaan hari Asyura, yang merupakan hari kesepuluh di bulan tersebut. Kata Asyura popular di masa Islam, meskipun sebelum itu bangsa Arab telah biasa memuliakannya. Di hari itu Rasulullah perintahkan umatnya untuk berpuasa, karena memiliki kedudukan yang sangat luar biasa. Beliau sangat mengutamakan berpuasa di hari itu dibanding hari-hari lainnya, sebab puasa di hari itu, seperti dinyatakan dalam hadis riwayat Muslim, akan menghapuskan dosa-dosa selama satu tahun sebelumnya (yukaffiru al-sanatal mâdhiyata). Bangsa Arab pada masa Jahiliyyah (sebelum Islam datang) juga memuliakannya dengan berpuasa. Demikian pula orang-orang Yahudi yang ada di Madinah.

Post a Comment

0 Comments